Selasa, 30 April 2013

Psikologi Kepribadian menurut albert Bandura


MAKALAH TEORI ALBERT BANDURA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian
Yang diampu oleh : Ridha Setyasih, M.Psi.
Disusun oleh  :




Akhyu Nur Aji Barkah           10144200261
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013







i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL                         ………………………………………………..           i         
DAFTAR ISI  ………………………………………………………………..          ii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………..          1                                               
I.1 Latar Belakang Masalah    ………………………………………..          1                                                                     
I.2 Rumusan Masalah             ……………………………………………….           1                                                                     
I.3 Tujuan        ……………………………………………………….           1                                                                                 
  II. PEMBAHASAN…………………………………………………………          2
 II.1 biografi albert bandura    …………………………………………         2        
II.2  Teori belajar social ……………………………………………….        3
II.3  Penerapan teori belajar sosial dalam konseling   …………………        8
 III. KESIMPULAN  …………………………………………………………       12        
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………      13                                                                                



i


KATA PENGANTAR
Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang ber judul “ PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ALBERT BANDURA ” ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memenuhi tugas psikologi kepribadian.
Banyak halangan dan rintangan yang kami hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan dari semua pihak maka tugas makalah ini dpat kami selesaikan, dalam kesempatan ini pula kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Bpk Dra.Ridha Setyasih,M.Psi., selaku dosen Psikologi Kepribadian.
2.      Orang tua kami yang telah memberikan Doa dan restunya.
3.      Teman-teman semua yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.


Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak, ibu serta teman-teman yang telah ber partisipasi dalam penyusunan tugas makalah. Selain itu kami pun menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan pada makalah ini, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membanggun  agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


Yogyakarta, 4 Maret 2013
iii




BAB I
PENDAHULUAN
I.                   LATAR BELAKANG
Albert Bandura adalah tokoh yang mengembangkan teori belajar sosial. Teori belajar sosial tersebut sengaja dimasukkan kedalam kelompok aliran behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Menurut Bandura,individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Siapakah tokoh teori pembelajaran sosial ?
2.      Bagaimana konsep utama tentang teori belajar sosial?
3.      Bagaimana perananan Teori Belajar sosial dalam konseliing ?

III.             TUJUAN
1.        Mengetahui tokoh pencetus teori pembelajaran social
2.      Mengetahui konsep utama tentang teori belajar sosial
3.      Mengetahui peranan belajar sosial dalam konseling
1



BAB II
PEMBAHASAN
II.1   Biografi Albert  Bandura    
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925, dikota kecil bagian utara Mundare Alberta, Kanada. Dia menempuh pendidikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan yang memiliki sumber  daya minimal, namun memiliki tingkat keberhasilan yang luar biasa. Ketika SMA,  ia bekerja paruh waktu di pertambangan Alaska High Way di Yukon pada musim panas.  Albert Bandura menerima gelar sarjana muda (BA) dalam bidang , psikologi dari University ofBritish Columbia pada tahun 1949 , dan melanjutkan ke Universitas Lowa untuk memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1952. Disanalah ia mendapatkan pengaruh dari tradisi behaviorisme dan teori belajar.
Pada saat di Lowa, ia bertemu Virginia Varns, seorang instruktur di sekolah perawat, kemudian mereka menikah dan mempunyai dua anak perempuan. Setelah lulus di Ph.D. ia mengikuti  Post doctoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas. Pada tahun 1953, ia mulai mengejar Stanford university.Di sana ia bekerja bersama dengan Richad Walrtes, seorang mahasiswa pascasarjana dan menulis buku pertama mereka berjudul  REMAJA DAN AGRESIF pada tahun 1959. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA’s Aword penghargaan untuk Distinguished Scientific pada tahun 1980 karna konstribusinya pada bidang psikologi.
Manusia dalam Pandangan Albert Bandura
          Dalam pandangan Albert bandura, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berpikir dan sadar untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Manusia bukan pion atau bidak yang mudah dipengaruhi dan dimanipulasi oleh lingkungan. Hubungan manisia dengan lingkungan bersifat saling mempengaruhi satu sama lain (reciprocal determinism). Kepribadian manusia berkembang dalam konteks social dan berinteraksi satu sama lainnya. Manusia dapat mengatur perilakunya sendiri dengan mengubah tanggapan kognitif terhadap anteseden dan mengatur sendiri reinforcement yang diberikan kepada dirinya. Tingkat laku manusia merupan hasil interaksi manusi atau timbale balik yang terus menerus dengan factor-faktor penentu.
2
           II.2 TEORI BELAJAR SOSIAL
            Teori belajar pada awalnya dikembangkan oleh Dollarad dan Miller (Cloninger, 1995). Teori ini menolak gagasan para behavioris  pada umumnya mengenai asosianisme, tetapi mendukung prinsip-prinsip pengurangan drive. Namun, teori ini  tidak berhasil menjelaskan sejumlah respon-respon baru yang muncul atau proses yang tertunda, serta proses imitasi yang terjadi tanpa penguatan .  Tahun 1963, Bandura bersama Wallters menulis buku social learning and personality development yang memperluas dasar teori belajar social yang sekarang dikenal dengan prinsip-prinsip pembelajaran.
          Teori belajar sosial menekankan pentingnya belajar observasional, imitasi, dan modeling. “Belajar akan sangat susah dan berbahaya, jika manusia hana mengandalkan efek dari tindakan sendiri untuk memberi tahu apa yang harus dilakukan” . Bandura terus-menerus mengintregasikan teori interaksi  antara perilak,kognisi, dam lingkungan.
         Albert Bandura sangat dikenal karena beberapa eksperimennya. Eksperimen yang paling terkenal yang dilakukannya adalaah Bobo Doll tahun 1961. Dalam eksperimennya, ia membuat film yang memisahkan seorang wanita ditampilkan memukuli sebuah boneka bobo dan meneriakkkan kata-kata egresif. Film ini kemudia ditunjukkan kepada sekelompok anak-anak. Setelah itu anak-anak diminta untuk bermain disebuah ruangan dengan memegang boneka bobo. Segera setelah itu, anak- anak memukuli boneka, menirukan tindakan dan kata-kata wanita dalam film tersebut.
            Studi ini penting karena menyangkal pemahaman behaviorisme mengenai perilaku, diikatakn oleh behaviorisme bahwa, “ semua perilaku diarahkan oleh penguatan atau imbalan”. Kelompok anak- anak tersebut tidak mendapat dorongan atau intensif untuk memukuli boneka; mereka hanya menirukan tingkah lau yang mereka amati. Bandura menyebut pengamatan ini dengan belajar. Dapat disimpulam bahwa belajar yang efektif dilakukan melalui observasi, karena terdapat perhatian, retensi, pertukaran dan motivasi.
2.1  Reciprocal Determinism dan self-system
 Bandura mengkritik Skinner karena terlalu ekstrim dalam menekankan faktor eksternal sebagai penentu utama sebuah perilaku.
3
Menurutnya, terori Skinner tidak lengkap dan mengabaikan sifat manusi, karena tidak memperhitungkan proses internal yang menjadi panduan perilaku . bandura juga mengkritik teor-teori psikoanalisis yang menggunakan penallaran melingkar dalam membahas kekuatan alam bawah sadar yang mendasari perilaku. Sebagai contoh, untuk menjelaskan perilaku bermusuhan, menurut psikoanalisis terjadi karena adanya impuls agresif atau terdapat dominasi motif-motif kekuasaan.  Konsep tidak sadar psikoanalisis tidak memberitahu kita mengenai sesuatu yang berada diatas dan diluar kenyataan perilaku yang ada.  Bandura merasa bahwa ilmu perilaku yang dikonstruksi itu tidak terlalu membantu untuk meramalkan sikapsesorang dalam situasitertentu, atau menjelaskan variasi berbagai perilaku dalam situasi yang berbeda.
         Menurut Bandura (1978), perilaku manusia disebabkan oleh determinisme timbalbalik yang melibatkan perilaku kognitif, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut “saling menentukan” satu sama lain. Sebagai contoh, apabila kita merencanakan untuk makn dirumah makan, maka menu yang kita pilih tidak hanya ditentukan oleh menu dan rangsangan lingkungan lainnya, tetapi juga oleh sikap kita terhadap makanan tertentu, serta harapan kita terhadap makanan tersebut. Cara berperilaku tersebut akan membantu kita dalam mengubah lingkungan.
            Banyak ahli psikologi setuju dengan konsep Bandura yang menyatakan bahwa sebuah perilakuu ditentukan oleh interaksi antara diri dan lingkungan, bukan hanya ditentukan satu faktor saja. Namun, konsep sebelumnya telah terlihat dengan  jelas bahwa orang dan situasi merupan suatu yang terpisah yang kemudian digabung untuk menghasilak suatu perilaku dan perilaku yang dihasilkan, bukan disebabkan oleh proses kausal.
2.1  Belajar melalui observasi
          Bandura terkenal karena penekanannya pada proses pembelajaran melalui pengamatan atau dengan contoh (model). Bandura menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipeajari berdasarkan model, bukan melalui proses pengkondisian klasik dan instrumental.  Bandura menyatakan bahwa perilakuu tersebut dipelajari melalui pengamatan, baik secra mendalam maupun tanpa sengaja.


4
Cara ini dilakukan anak-anak pada saat bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengembangkan ketrampilan lainseperi naik sepeda. Padaawalnya, anak belajar berbicara dengan mendengarkan orang lain bicara lalu menirunya. Jika belajar bahasa sangat bergantung pada pengkondisian instrum dilakukan dengan mudah, karena anak tidak mendapatkan penguatan sampai mereka mengucapkan kata-kata tersebut dengan spontan. Dalam keseharian, orang tua mengulang sebuah kata secara berulang-ulang didepan anak-anaknya yang sedang belajar bicara, kemudian anak tersebut menirunya.
         Anak kecil pada umumnya belajar dengan cara melihat apa yang dilakukan orang lain kemudian menirunya. Dalam banyak kasus, perilaku belajar dengan cara meniru tindakan yang dilakukan model, misalnya belajar nyetir mobil. Pada saat orang belajar menyeyir mobil, dia harus melihat apayang dilakukan oleh intrukturnyauntuk kemudian mengulanginya. Belajar melalui pengamatan juga mencakup perilaku baru. Para pengamat bahkan mampu menyelesaikan suatu masalah secara langsung meskipun model yang ditirunya gagal untuk menyelesaikan masalah yang sama. Jadi, belajar observasional melebihi imitasi: pengamat model akan belajar dari keberhasilan maupun kegagalan modelnya. Belajar melalui pengamatan dapat  menjelaskan inovasi dan perilaku kreatuf. Bandura menyatakan bahwa pengamat menarikFeature serupa dari tanggapan yang berbeda dan menciptakan aturan-aturan perilaku memungkinkan mereka dapat melampaui apa yang mereka lihat atau dengar. Melalui sintensis jenis ini, mereka mampu mengmbangkan pola-pola perilaku baru yang mungkin agak berbeda dari perilaku yang diamati.
2.1  Analisis Eksperimen Pengaruh Model
      Teori belajar observasional dari bandura ini sebagian besar didasarkan pada analisis eksperimental mengenai pengaruh perilaku modeling. Dalam eksperimen model khusus, subjek mengamati orang lain yang melakukan perilaku tertentu. Setelah itu, ketika subjek berperilaku dia akan diamati untuk memastikan apakah perilakunya meniru model atau tidak. Perilaku subyek tersebut akan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mengamati model untuk melihat apakah perbedaan yang signifikan pada dua kelompok tersebut.

5
Bandura dan rekan-rekannya (1977) telah menunjukkan tiga faktor yang mempengaruhi permodelan seperti berikut :
a.       Karakteristik dari model yang mempengaruhi imitasi. Kita lebih mudah dipengaruhi oleh orang yang kita percayai daripada orang yang tidak kita percayai. Perilaku sederhana ini lebih mudah ditiru dibandingkan dengan perilaku kompleks. Perilaku bermusuhan dan enta, maka hal t perilaku agresif dengan mudah ditiru, terutama oleh ana-anak muda daripada perilaku proposional.
b.      Atribut dari pengamat. Orang yang kurang memiliki harga diri atau tidak kompenten sangat mudah meniru model. Demikian juga orang yang bergantung (dependen) dan orang yang telah diberi hadiah.
c.       Konsekuensi Hadiah. Konsekuensi dari suatu perilaku akan mempengaruhi efektifitas modeling. Perilaku meniru akan memberikan efek positif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2  Proses belajar
Bandura percaya bahwa pembelajaran melalui model banyak terjadi melalui informasi. Belajar melalui pengamatan tidaklah sederhana imitasi. Prosesnya bersifat akti dan konstruktif. Berdasarkan paparan, pengamat memperoleh representasi simbolis melalui cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Ide-ide ini berfungsi sebagai panduan untuk perilaku. Belajar melalui pengamatan diatur oleh empat proses yang saling terkait.
1.      Proses Perhatian. Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses belajar diantaranya berkaitan dengan karakteristik model, sifat kegiatan, danorang yang menjadi subyek. Beberapa model lebih mudah ditiru dibandingkan dengan model lain. Model yang sangat menarik lebih diperhatiakan dibandingkan dengan modell yang memiliki daya tarik interpersonal. Sebagai conto, mereka yang tinggal dipusat kota yang banyak geng-geng bermusuhan yang sering konflik akan mempelajari cra-cara agresif dalam berespon dibandingkan dengan mereka yangdibesarkan disebuah masyarakat yang pasif.

6
Keberadaan televisi telah membantu memperluas rentang model untuk ditiru oleh masyarakat sekarang, bebeda dengan kakek nenek kita dulu yang memiliki model terbatas untuk ditiru, karena hanya anggota keluarga atau masyarakat sekitar.
1.      Proses retensi. Ketika kita mengamati perilaku seseorang dan segera menirunya maka kita akan menggunakannya sebagai panduan untuk bertindak pada kesempatan lain. Ada dua bentuk dasrar sistem simbol atau representasi yang membantubelajar observasiona, yaitu imagiantif dan ferbal. Contoh, jika kita menginginkan “”burger” maka kita dapat mengingat kata burger atau mengembangkan citra visual dua roti danging sapi. . Simbol ini kemudian muncul dalam bentuk bayangan, meskipun sebenarnya bendanya tidak ada.
2.      Proses reproduksi motorik. Dalam rangka meniru model, seorang individu harus mengubah representasi simbolis dari pengamatan kebenttuk tindakan. Perilaku yang dimunculkan harus memiliki kesamaan dengan perilaku asal. Proses reproduksi motorik melibatkan empat subtahapan : organisai respons kognitif, inisiasi respons,pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Ketrampilan yang kita pelajari melalui pengamatan belajar perlahan-lahan disempurnakan melalui proses trial and error. Kita mengikiti perilaku model dan kemudian berusaha untuk memperbaikinya melalui penyesuaian dan ummpan balik.
3.      Motivasi. Teori belajar sosial membedakan antara akuisisi 9kemampuan seseorang dalam belajar)dan kinerja (apa yang sebenarnya telah dilakukan). Kita tidak selalu menentukan sebuah perilaku yang suda kita pelajari. Sebagai contoh, mungkin sebagaian besar dari kita memiliki pengetahuan tentang  teorirtis untuk merampok toko. Kita telah melihat perampokan dalam kehidupan nyata atau ditelevisi, dankita tahu bentuk-bentuk perilaku yang ada ketika melakukan kejahatan itu. Namun, ini tidak berarti bahwa kita akan melakukannya.
           Belajar obseravasional juga akan mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku yang lain akan memberikan penguatan kepada diri. Tidak ada perilaku yang terjadi tanpa intensif yang tepat. Motivasi yang tepat tidak hanya membuat perilaku yang dihasilkanakan baik,tapi juga akan mempengaruhi proses lain yang terlibat dalam belajar observasional.
7
 Ketika kita tidak terrmotivassi untuk mempelajari sesuatu, kita tidak memberikan perhatian dan hanya sedikit
keinginan untuk bertahan. Dengan demikian mootivasi menjadi komponen utama dalam belajar observasional.
III.3 PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL DALAM KONSELING

3.1. Penguatan Belajar Observasional
Bandura menunjukan bahwa hampir semua perilaku yang dipelajari seorang individu terjadi tanpa mendapatkan pengutan atau mendapat imbalan secara langsung, tetapi melalui observasi. Prosesnya terjadi ketika model atau observer secara langsung berperilaku.bandura percaya bahwa belajar observasional terjadi melalui proses simbolis. Pleh karena itu, tidak bergantung pada penguatan eksternal.
2.3  Televisi dan Agresi
Beberapa eksperimen bandura seecara khusus dirancang untuk meneliti pengaruh menonton telivisi terhadap agresifitas. Dalam banyak variasi mengenai studi klasik tentang boneka bobo(bobob doll), Bandura menggunakan model yang nyata (manusia) bukan dari modl film kartun. Model nyata perilaku agresif ternyata memberikan dampak yang lebih besar terhadap perilaku agresif dibandingkan dengan karakter tokoh kartun. Dalam eksperimen tersebut, kelompok eksperimen yng terdiri atas beberapa anak diminta menonton model perilaku yang tidak agresif  secra langsung (filmm atau kartun). Sementar kelompok kontrol menonton perilaku yang tidak agresif atau tidak memberikan tontonan sama sekali. Berdasarkan eksperimen tersebut, Bandura menyimpulkan bahwa perilaku agresif dan kekerasan ditelevisi mendorong anak-anak untuk berperilaku agresif.
2.4  Kemampuan dasar Mnusia
Berakar dari prespektif sosial kognitif, Bandura menjelaskan bahwa pemaahaman terhadap individu dijiwai oleh kemampuan tertentu yang menentukan apa artinya menjadi manusia.
8
Bagian utama yang dimiliki manusia adalah kemampuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, belajar melalui pengalaman, mengaturdiri, dan melakukan refleki diri. Berdasarkan kemampuan kognitif ini, manusia menjadi makhlik yang paling menentukan nasibnya sendiri.
2.5  Efikasi Diri (Self Efficacy)
Menurut Bandura dari semua pikiranyang mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian paling inti dari teori kognitif sosial adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan.
2.6  Pengaruh Efikasi Terhadap Manusia
Efikasi diri dapat meningkatkan prestasi dan kesejahteraan dalam berbagai cara. Orang yang memiliki efikasi diri cenderung memilih tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang membuat mereka merasa kompeten dan percaya diri, dan sebaliknya akan menghindari kegiatan yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan. Dengan demikia dapat disipulkan bahwa apapunfaktor yang mempengaruhi sebuah perilaku pada dasarnya berakar pada keyakinan bahwa mereka memiliki keyakinan untuk dapat mencapai target yang diharapkan.
2.7  Bagaiman Membangun Self-Efficacy
Efikasi diri dibangun dengan cara menafsirkan informasi terutama dari tiga sumber.
1.      Sumber yang paling berpengaruh adalah hasil tafsiran seseorang akan kinerja sebelumnya.
2.      Sumber kedua adalah melalui pengamatan terhadap tuas-tugas yang dilakukan orang lain.
3.      Individu juga dapat menciptakan dan mengembangkan efikasi diri sebagai hasil dari keyakinan sosial yang mereka terima dari orang lain.

3.7  Psikoterapi dan Modifikasi Perilaku
Pengamatan adalah pusat dalam pembelajaran perilaku dan berguna dalam memodifikasi perilaku yang tidak diinginkan.
10
Bandura mengembangkan teknik-teknik modifikasi perilaku sistematis dengan menggunakan model sebagai bantuan (modeling). Cara ini telah digunakan untuk mengurangi rasa takut pada anak-anak dan orang dewasa, mebuat anak-anak agresif dan dominan menjadi lebih kooperatif, mengajarkan ketrampilan bahasa pada anak-anak autis, meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada pasien psikiatris asosial, mengurangi kecemasan dan meningkatkan prestasi pada mahasiswa, serta memfasilitasi perubahan perilaku lainnya. Dalam setiap kasus, permodelan(modeing) menjelaskan cara tepat dalam menangani setiap situasi, yang mendorong klien untuk meniru model. Sebagai contoh, untuk menghilangkan phobia terhadap binatang, pada awalnya subyek mungkin menonton yang memperlihatkan model yang berinteraksi dengan binatang yag dia takuti, selajutnya klien mulai didorong untuk terlibat dalam iteraksi yang semakin akrab dengan hewan tersebut. Prosedur ini menunjukkan bahwa model ini telah mengurangi ketakutan dan perubahan perilaku. Bandura menyatakan bahwa, orang yang berperilaku tidak normal adalah orang yang memiliki efikasi rendah. Mereka tidak percaya bahwa dirinya dapat melakukan tindakan yang memberi kemungkinan untuk berhasil.strategi terapeutik Bandura dirancang untuk membantu klien meningkatkan persepsi terhadap efikasi dirinya. Sebagai contoh, untuk menangani penderita agoraphobics 9orang-orang yang takut tempat-tempat umum), bandura menggunakan sejumlah prosedur yang berbeda. Awalnya, Bandura bertemu dengan co-therapist membatu mereka untuk mengidentifikasi dan menciptakan situasi yang membangkitkan rasa takutnya. Dia juga mengajarkan klien cara menggunakan teknik relaksasi dan cara mengembangkan pikiran yng positif,kemudian ia mendorong kliennya untuk berinteraksi dengan obyek secra langsung.






11
BAB III
KESIMPULAN
            Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya.
Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain.
Menurut Bandura perilaku manusia disebabkan oleh determinisme timbal balik yang melibatkan faktorperilaku, kognitif dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling menetukan satu sama lain.
Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain :

1.      Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat.
2.      Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
3.      Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
4.      Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari model.
12
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat hidayat, Dede. 2011. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM KONSELING. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.


























13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar