MAKALAH TEORI ALBERT
BANDURA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian
Yang diampu oleh :
Ridha Setyasih, M.Psi.
Disusun oleh :
Akhyu Nur Aji Barkah 10144200261
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………….. ii
I.
PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
I.1
Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 1
I.3 Tujuan ………………………………………………………. 1
II. PEMBAHASAN………………………………………………………… 2
II.1 biografi
albert bandura ………………………………………… 2
II.2 Teori
belajar social ……………………………………………….
3
II.3
Penerapan teori belajar sosial dalam konseling ………………… 8
III. KESIMPULAN …………………………………………………………
12
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………… 13
i
KATA
PENGANTAR
Kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang ber judul “ PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN ALBERT BANDURA ” ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memenuhi tugas psikologi kepribadian.
Banyak
halangan dan rintangan yang kami hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan
makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan
dari semua pihak maka tugas makalah ini dpat kami selesaikan, dalam kesempatan
ini pula kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Bpk Dra.Ridha Setyasih,M.Psi., selaku dosen Psikologi Kepribadian.
2.
Orang tua kami yang telah
memberikan Doa dan restunya.
3.
Teman-teman semua yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan
bapak, ibu serta teman-teman yang telah ber partisipasi dalam penyusunan tugas
makalah. Selain itu kami pun menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan
pada makalah ini, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membanggun agar makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Yogyakarta,
4 Maret 2013
iii
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Albert Bandura adalah tokoh yang mengembangkan teori belajar sosial. Teori belajar sosial tersebut
sengaja dimasukkan kedalam kelompok aliran behaviorisme. Albert
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan
evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau
kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah
eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Menurut
Bandura,individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi
tantangan. Individu
tidak
merasa
ragu karena ia
memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku
dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Siapakah tokoh
teori pembelajaran sosial ?
2.
Bagaimana konsep utama tentang
teori belajar sosial?
3.
Bagaimana perananan
Teori Belajar sosial dalam konseliing ?
III.
TUJUAN
1.
Mengetahui tokoh
pencetus teori pembelajaran social
2.
Mengetahui konsep
utama tentang teori belajar sosial
3.
Mengetahui
peranan belajar sosial dalam konseling
1
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Biografi Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925, dikota
kecil bagian utara Mundare Alberta, Kanada. Dia menempuh pendidikan di sekolah
dasar dan sekolah lanjutan yang memiliki sumber
daya minimal, namun memiliki tingkat keberhasilan yang luar biasa.
Ketika SMA, ia bekerja paruh waktu di
pertambangan Alaska High Way di Yukon pada musim panas. Albert Bandura menerima gelar sarjana muda
(BA) dalam bidang , psikologi dari University ofBritish Columbia pada tahun
1949 , dan melanjutkan ke Universitas Lowa untuk memperoleh gelar Ph.D. pada
tahun 1952. Disanalah ia mendapatkan pengaruh dari tradisi behaviorisme dan
teori belajar.
Pada saat di Lowa,
ia bertemu Virginia Varns, seorang instruktur di sekolah perawat, kemudian
mereka menikah dan mempunyai dua anak perempuan. Setelah lulus di Ph.D. ia
mengikuti Post doctoral di Wichita
Guidance Center di Wichita, Kansas. Pada tahun 1953, ia mulai mengejar Stanford
university.Di sana ia bekerja bersama dengan Richad Walrtes, seorang mahasiswa
pascasarjana dan menulis buku pertama mereka berjudul REMAJA DAN AGRESIF pada tahun 1959. Bandura
menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA’s Aword penghargaan untuk
Distinguished Scientific pada tahun 1980 karna konstribusinya pada bidang
psikologi.
Manusia dalam Pandangan Albert
Bandura
Dalam pandangan Albert bandura,
manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berpikir dan sadar untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Manusia bukan pion atau bidak yang mudah dipengaruhi
dan dimanipulasi oleh lingkungan. Hubungan manisia dengan lingkungan bersifat
saling mempengaruhi satu sama lain (reciprocal determinism). Kepribadian
manusia berkembang dalam konteks social dan berinteraksi satu sama lainnya.
Manusia dapat mengatur perilakunya sendiri dengan mengubah tanggapan kognitif
terhadap anteseden dan mengatur sendiri reinforcement yang diberikan kepada
dirinya. Tingkat laku manusia merupan hasil interaksi manusi atau timbale balik
yang terus menerus dengan factor-faktor penentu.
2
II.2 TEORI
BELAJAR SOSIAL
Teori belajar pada awalnya
dikembangkan oleh Dollarad dan Miller (Cloninger, 1995). Teori ini menolak
gagasan para behavioris pada umumnya
mengenai asosianisme, tetapi mendukung prinsip-prinsip pengurangan drive.
Namun, teori ini tidak berhasil
menjelaskan sejumlah respon-respon baru yang muncul atau proses yang tertunda,
serta proses imitasi yang terjadi tanpa penguatan . Tahun 1963, Bandura bersama Wallters menulis
buku social learning and personality development yang memperluas dasar teori
belajar social yang sekarang dikenal dengan prinsip-prinsip pembelajaran.
Teori
belajar sosial menekankan pentingnya belajar observasional, imitasi, dan
modeling. “Belajar akan sangat susah dan berbahaya, jika manusia hana mengandalkan
efek dari tindakan sendiri untuk memberi tahu apa yang harus dilakukan” .
Bandura terus-menerus mengintregasikan teori interaksi antara perilak,kognisi, dam lingkungan.
Albert
Bandura sangat dikenal karena beberapa eksperimennya. Eksperimen yang paling
terkenal yang dilakukannya adalaah Bobo Doll tahun 1961. Dalam eksperimennya,
ia membuat film yang memisahkan seorang wanita ditampilkan memukuli sebuah
boneka bobo dan meneriakkkan kata-kata egresif. Film ini kemudia ditunjukkan
kepada sekelompok anak-anak. Setelah itu anak-anak diminta untuk bermain
disebuah ruangan dengan memegang boneka bobo. Segera setelah itu, anak- anak
memukuli boneka, menirukan tindakan dan kata-kata wanita dalam film tersebut.
Studi
ini penting karena menyangkal pemahaman behaviorisme mengenai perilaku,
diikatakn oleh behaviorisme bahwa, “ semua perilaku diarahkan oleh penguatan
atau imbalan”. Kelompok anak- anak tersebut tidak mendapat dorongan atau
intensif untuk memukuli boneka; mereka hanya menirukan tingkah lau yang mereka
amati. Bandura menyebut pengamatan ini dengan belajar. Dapat disimpulam bahwa
belajar yang efektif dilakukan melalui observasi, karena terdapat perhatian,
retensi, pertukaran dan motivasi.
2.1 Reciprocal Determinism dan self-system
Bandura mengkritik Skinner karena terlalu ekstrim dalam
menekankan faktor eksternal sebagai penentu utama sebuah perilaku.
3
Menurutnya, terori Skinner tidak lengkap dan mengabaikan
sifat manusi, karena tidak memperhitungkan proses internal yang menjadi panduan
perilaku . bandura juga mengkritik teor-teori psikoanalisis yang menggunakan
penallaran melingkar dalam membahas kekuatan alam bawah sadar yang mendasari
perilaku. Sebagai contoh, untuk menjelaskan perilaku bermusuhan, menurut
psikoanalisis terjadi karena adanya impuls agresif atau terdapat dominasi
motif-motif kekuasaan. Konsep tidak
sadar psikoanalisis tidak memberitahu kita mengenai sesuatu yang berada diatas
dan diluar kenyataan perilaku yang ada.
Bandura merasa bahwa ilmu perilaku yang dikonstruksi itu tidak terlalu
membantu untuk meramalkan sikapsesorang dalam situasitertentu, atau menjelaskan
variasi berbagai perilaku dalam situasi yang berbeda.
Menurut
Bandura (1978), perilaku manusia disebabkan oleh determinisme timbalbalik yang
melibatkan perilaku kognitif, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut
“saling menentukan” satu sama lain. Sebagai contoh, apabila kita merencanakan
untuk makn dirumah makan, maka menu yang kita pilih tidak hanya ditentukan oleh
menu dan rangsangan lingkungan lainnya, tetapi juga oleh sikap kita terhadap
makanan tertentu, serta harapan kita terhadap makanan tersebut. Cara
berperilaku tersebut akan membantu kita dalam mengubah lingkungan.
Banyak
ahli psikologi setuju dengan konsep Bandura yang menyatakan bahwa sebuah
perilakuu ditentukan oleh interaksi antara diri dan lingkungan, bukan hanya
ditentukan satu faktor saja. Namun, konsep sebelumnya telah terlihat
dengan jelas bahwa orang dan situasi
merupan suatu yang terpisah yang kemudian digabung untuk menghasilak suatu
perilaku dan perilaku yang dihasilkan, bukan disebabkan oleh proses kausal.
2.1 Belajar melalui observasi
Bandura terkenal karena penekanannya pada proses
pembelajaran melalui pengamatan atau dengan contoh (model). Bandura menunjukkan
bahwa sebagian besar perilaku manusia dipeajari berdasarkan model, bukan
melalui proses pengkondisian klasik dan instrumental. Bandura menyatakan bahwa perilakuu tersebut
dipelajari melalui pengamatan, baik secra mendalam maupun tanpa sengaja.
4
Cara ini dilakukan anak-anak pada saat bermain, melakukan
pekerjaan rumah tangga dan mengembangkan ketrampilan lainseperi naik sepeda.
Padaawalnya, anak belajar berbicara dengan mendengarkan orang lain bicara lalu
menirunya. Jika belajar bahasa sangat bergantung pada pengkondisian instrum dilakukan
dengan mudah, karena anak tidak mendapatkan penguatan sampai mereka mengucapkan
kata-kata tersebut dengan spontan. Dalam keseharian, orang tua mengulang sebuah
kata secara berulang-ulang didepan anak-anaknya yang sedang belajar bicara,
kemudian anak tersebut menirunya.
Anak
kecil pada umumnya belajar dengan cara melihat apa yang dilakukan orang lain
kemudian menirunya. Dalam banyak kasus, perilaku belajar dengan cara meniru
tindakan yang dilakukan model, misalnya belajar nyetir mobil. Pada saat orang
belajar menyeyir mobil, dia harus melihat apayang dilakukan oleh
intrukturnyauntuk kemudian mengulanginya. Belajar melalui pengamatan juga
mencakup perilaku baru. Para pengamat bahkan mampu menyelesaikan suatu masalah
secara langsung meskipun model yang ditirunya gagal untuk menyelesaikan masalah
yang sama. Jadi, belajar observasional melebihi imitasi: pengamat model akan
belajar dari keberhasilan maupun kegagalan modelnya. Belajar melalui pengamatan
dapat menjelaskan inovasi dan perilaku
kreatuf. Bandura menyatakan bahwa pengamat menarikFeature serupa dari tanggapan
yang berbeda dan menciptakan aturan-aturan perilaku memungkinkan mereka dapat
melampaui apa yang mereka lihat atau dengar. Melalui sintensis jenis ini,
mereka mampu mengmbangkan pola-pola perilaku baru yang mungkin agak berbeda
dari perilaku yang diamati.
2.1 Analisis Eksperimen Pengaruh Model
Teori
belajar observasional dari bandura ini sebagian besar didasarkan pada analisis
eksperimental mengenai pengaruh perilaku modeling. Dalam eksperimen model
khusus, subjek mengamati orang lain yang melakukan perilaku tertentu. Setelah
itu, ketika subjek berperilaku dia akan diamati untuk memastikan apakah
perilakunya meniru model atau tidak. Perilaku subyek tersebut akan dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak mengamati model untuk melihat apakah
perbedaan yang signifikan pada dua kelompok tersebut.
5
Bandura dan rekan-rekannya
(1977) telah menunjukkan tiga faktor yang mempengaruhi permodelan seperti
berikut :
a.
Karakteristik dari
model yang mempengaruhi imitasi. Kita lebih mudah dipengaruhi oleh orang yang
kita percayai daripada orang yang tidak kita percayai. Perilaku sederhana ini
lebih mudah ditiru dibandingkan dengan perilaku kompleks. Perilaku bermusuhan dan
enta, maka hal t perilaku agresif dengan mudah ditiru, terutama oleh ana-anak
muda daripada perilaku proposional.
b.
Atribut dari
pengamat. Orang yang kurang memiliki harga diri atau tidak kompenten sangat
mudah meniru model. Demikian juga orang yang bergantung (dependen) dan orang
yang telah diberi hadiah.
c.
Konsekuensi Hadiah.
Konsekuensi dari suatu perilaku akan mempengaruhi efektifitas modeling.
Perilaku meniru akan memberikan efek positif, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
2.2 Proses belajar
Bandura percaya bahwa pembelajaran melalui model banyak
terjadi melalui informasi. Belajar melalui pengamatan tidaklah sederhana
imitasi. Prosesnya bersifat akti dan konstruktif. Berdasarkan paparan, pengamat
memperoleh representasi simbolis melalui cara yang berbeda dalam melakukan
sesuatu. Ide-ide ini berfungsi sebagai panduan untuk perilaku. Belajar melalui
pengamatan diatur oleh empat proses yang saling terkait.
1.
Proses Perhatian.
Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses belajar diantaranya
berkaitan dengan karakteristik model, sifat kegiatan, danorang yang menjadi
subyek. Beberapa model lebih mudah ditiru dibandingkan dengan model lain. Model
yang sangat menarik lebih diperhatiakan dibandingkan dengan modell yang
memiliki daya tarik interpersonal. Sebagai conto, mereka yang tinggal dipusat
kota yang banyak geng-geng bermusuhan yang sering konflik akan mempelajari
cra-cara agresif dalam berespon dibandingkan dengan mereka yangdibesarkan
disebuah masyarakat yang pasif.
6
Keberadaan televisi telah membantu memperluas rentang
model untuk ditiru oleh masyarakat sekarang, bebeda dengan kakek nenek kita
dulu yang memiliki model terbatas untuk ditiru, karena hanya anggota keluarga
atau masyarakat sekitar.
1.
Proses retensi.
Ketika kita mengamati perilaku seseorang dan segera menirunya maka kita akan
menggunakannya sebagai panduan untuk bertindak pada kesempatan lain. Ada dua
bentuk dasrar sistem simbol atau representasi yang membantubelajar
observasiona, yaitu imagiantif dan ferbal. Contoh, jika kita menginginkan
“”burger” maka kita dapat mengingat kata burger atau mengembangkan citra visual
dua roti danging sapi. . Simbol ini
kemudian muncul dalam bentuk bayangan, meskipun sebenarnya bendanya tidak ada.
2.
Proses reproduksi
motorik. Dalam rangka meniru model, seorang individu harus mengubah
representasi simbolis dari pengamatan kebenttuk tindakan. Perilaku yang
dimunculkan harus memiliki kesamaan dengan perilaku asal. Proses reproduksi
motorik melibatkan empat subtahapan : organisai respons kognitif, inisiasi
respons,pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Ketrampilan yang kita
pelajari melalui pengamatan belajar perlahan-lahan disempurnakan melalui proses
trial and error. Kita mengikiti perilaku model dan kemudian berusaha untuk
memperbaikinya melalui penyesuaian dan ummpan balik.
3.
Motivasi. Teori
belajar sosial membedakan antara akuisisi 9kemampuan seseorang dalam
belajar)dan kinerja (apa yang sebenarnya telah dilakukan). Kita tidak selalu
menentukan sebuah perilaku yang suda kita pelajari. Sebagai contoh, mungkin
sebagaian besar dari kita memiliki pengetahuan tentang teorirtis untuk merampok toko. Kita telah
melihat perampokan dalam kehidupan nyata atau ditelevisi, dankita tahu
bentuk-bentuk perilaku yang ada ketika melakukan kejahatan itu. Namun, ini
tidak berarti bahwa kita akan melakukannya.
Belajar
obseravasional juga akan mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku yang lain
akan memberikan penguatan kepada diri. Tidak ada perilaku yang terjadi tanpa
intensif yang tepat. Motivasi yang tepat tidak hanya membuat perilaku yang
dihasilkanakan baik,tapi juga akan mempengaruhi proses lain yang terlibat dalam
belajar observasional.
7
Ketika kita tidak
terrmotivassi untuk mempelajari sesuatu, kita tidak memberikan perhatian dan
hanya sedikit
keinginan untuk bertahan. Dengan demikian mootivasi
menjadi komponen utama dalam belajar observasional.
III.3 PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL DALAM KONSELING
3.1. Penguatan Belajar Observasional
Bandura menunjukan bahwa hampir semua perilaku yang
dipelajari seorang individu terjadi tanpa mendapatkan pengutan atau mendapat
imbalan secara langsung, tetapi melalui observasi. Prosesnya terjadi ketika
model atau observer secara langsung berperilaku.bandura percaya bahwa belajar
observasional terjadi melalui proses simbolis. Pleh karena itu, tidak
bergantung pada penguatan eksternal.
2.3 Televisi dan Agresi
Beberapa eksperimen bandura seecara khusus dirancang
untuk meneliti pengaruh menonton telivisi terhadap agresifitas. Dalam banyak
variasi mengenai studi klasik tentang boneka bobo(bobob doll), Bandura
menggunakan model yang nyata (manusia) bukan dari modl film kartun. Model nyata
perilaku agresif ternyata memberikan dampak yang lebih besar terhadap perilaku
agresif dibandingkan dengan karakter tokoh kartun. Dalam eksperimen tersebut,
kelompok eksperimen yng terdiri atas beberapa anak diminta menonton model
perilaku yang tidak agresif secra
langsung (filmm atau kartun). Sementar kelompok kontrol menonton perilaku yang
tidak agresif atau tidak memberikan tontonan sama sekali. Berdasarkan
eksperimen tersebut, Bandura menyimpulkan bahwa perilaku agresif dan kekerasan
ditelevisi mendorong anak-anak untuk berperilaku agresif.
2.4 Kemampuan dasar Mnusia
Berakar dari prespektif sosial kognitif, Bandura
menjelaskan bahwa pemaahaman terhadap individu dijiwai oleh kemampuan tertentu
yang menentukan apa artinya menjadi manusia.
8
Bagian utama yang dimiliki manusia adalah kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, belajar melalui pengalaman, mengaturdiri, dan
melakukan refleki diri. Berdasarkan kemampuan kognitif ini, manusia menjadi
makhlik yang paling menentukan nasibnya sendiri.
2.5 Efikasi Diri (Self Efficacy)
Menurut Bandura dari semua pikiranyang mempengaruhi
fungsi manusia, dan merupakan bagian paling inti dari teori kognitif sosial
adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah penilaian diri terhadap kemampuan diri
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang ditetapkan.
2.6 Pengaruh Efikasi Terhadap Manusia
Efikasi diri dapat meningkatkan prestasi dan
kesejahteraan dalam berbagai cara. Orang yang memiliki efikasi diri cenderung
memilih tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang membuat mereka merasa kompeten
dan percaya diri, dan sebaliknya akan menghindari kegiatan yang mereka anggap
tidak dapat diselesaikan. Dengan demikia dapat disipulkan bahwa apapunfaktor
yang mempengaruhi sebuah perilaku pada dasarnya berakar pada keyakinan bahwa
mereka memiliki keyakinan untuk dapat mencapai target yang diharapkan.
2.7 Bagaiman Membangun Self-Efficacy
Efikasi diri dibangun dengan cara menafsirkan informasi
terutama dari tiga sumber.
1.
Sumber yang paling
berpengaruh adalah hasil tafsiran seseorang akan kinerja sebelumnya.
2.
Sumber kedua adalah
melalui pengamatan terhadap tuas-tugas yang dilakukan orang lain.
3.
Individu juga dapat
menciptakan dan mengembangkan efikasi diri sebagai hasil dari keyakinan sosial
yang mereka terima dari orang lain.
3.7 Psikoterapi dan Modifikasi Perilaku
Pengamatan adalah pusat dalam pembelajaran perilaku dan
berguna dalam memodifikasi perilaku yang tidak diinginkan.
10
Bandura mengembangkan teknik-teknik modifikasi perilaku
sistematis dengan menggunakan model sebagai bantuan (modeling). Cara ini telah
digunakan untuk mengurangi rasa takut pada anak-anak dan orang dewasa, mebuat
anak-anak agresif dan dominan menjadi lebih kooperatif, mengajarkan ketrampilan
bahasa pada anak-anak autis, meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada pasien
psikiatris asosial, mengurangi kecemasan dan meningkatkan prestasi pada
mahasiswa, serta memfasilitasi perubahan perilaku lainnya. Dalam setiap kasus,
permodelan(modeing) menjelaskan cara tepat dalam menangani setiap situasi, yang
mendorong klien untuk meniru model. Sebagai contoh, untuk menghilangkan phobia
terhadap binatang, pada awalnya subyek mungkin menonton yang memperlihatkan
model yang berinteraksi dengan binatang yag dia takuti, selajutnya klien mulai
didorong untuk terlibat dalam iteraksi yang semakin akrab dengan hewan
tersebut. Prosedur ini menunjukkan bahwa model ini telah mengurangi ketakutan
dan perubahan perilaku. Bandura menyatakan bahwa, orang yang berperilaku tidak
normal adalah orang yang memiliki efikasi rendah. Mereka tidak percaya bahwa
dirinya dapat melakukan tindakan yang memberi kemungkinan untuk
berhasil.strategi terapeutik Bandura dirancang untuk membantu klien
meningkatkan persepsi terhadap efikasi dirinya. Sebagai contoh, untuk menangani
penderita agoraphobics 9orang-orang yang takut tempat-tempat umum), bandura
menggunakan sejumlah prosedur yang berbeda. Awalnya, Bandura bertemu dengan co-therapist
membatu mereka untuk mengidentifikasi dan menciptakan situasi yang
membangkitkan rasa takutnya. Dia juga mengajarkan klien cara menggunakan teknik
relaksasi dan cara mengembangkan pikiran yng positif,kemudian ia mendorong
kliennya untuk berinteraksi dengan obyek secra langsung.
11
BAB III
KESIMPULAN
Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari
teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan
evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau
pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan
lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya.
Albert Bandura
mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui
peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang
diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut “observational learning” atau
pembelajaran melalui pengamatan. Teori belajar sosial menekankan observational
learning sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang
mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman
yang diberikan kepada orang lain.
Menurut Bandura
perilaku manusia disebabkan oleh determinisme timbal balik yang melibatkan
faktorperilaku, kognitif dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling
menetukan satu sama lain.
Dalam
observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau
modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain
:
1.
Atensi, dalam tahapan ini
seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat.
2.
Retensi, tahapan ini adalah
tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati
maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
3.
Reproduksi, dalam tahapan ini
seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan
mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya
adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
4.
Motivasional, tahapan berikutnya
adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari model.
12
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat
hidayat, Dede. 2011. PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN DALAM KONSELING.
Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar