Kamis, 18 April 2013

Pengertian dan Tujuan Konseling Traumatik


Makalah
Layanan konseling traumatik
Pengertian dan tujuan layanan konseling traumatik

Makalah ini disusun untuk memenuhi  tugas mata kuliah layanan konseling traumatik
Dosen pengampu: Enik Nur Kholidah,S.Pd,M.A.



Disusun oleh:
Akhyunur Aji Barkah              10144200261

A4
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul pengertian dan tujuan layan konseling traumatik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah layanan konseling traumatuk.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penyusun untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi pembaca.


Yogyakarta, 13 Maret 2013


Penyusun











BAB  1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Daerah dan negara kita sering sekali dilanda bencana baik itu bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan yang dilakukan oleh manusia, maupun oleh alam itu sendiri, orang-orang yang berada dan mengalami musibah tersebut tentu sedikit banyak mengalami trauma dengan bencana yang baru saja dialaminya. Oleh karena itu konseling traumatik membantu para klien yang mengalami trauma tersebut.
Seperti kita ketahui bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu, makna bantuan itu sendiri, yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi fasilitatif yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. Sementara itu, tujuan konseling mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
Sedangkan kita ketahuai bahwa Konseling traumatik adalah upaya klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin.
Konseling traumatik sangat berbeda dengan konseling biasa dilakukan oleh konselor, perbedaan ini terletak pada waktu,fokus, aktifitas, dan tujuan. Dilihat dari segi waktu konseling traumatik sangat butuh waktu yang panjang dari pada konseling biasa, kemudian dari segi fokus, konseling traumatik lebih memerhatikan pada satu masalah, yaitu trauma yang dirasakan sekarang. Adapun konseling biasa, pada umumnya suka menghubungkan satu masalah klien dengan masalah lainnya, seperti latar belakang klien, proses ketidak-sadaran klien, masalah komunikasi klien, transferensi dan conter transferensi antara klien dan konselor, kritis identitas dan seksualitas klien, keterhimpitan pribadi klien dan konflik nilai yang terjadi pada klien.
Dilihat dari segi aktifitas, konseling traumatik lebih banyak melibatkan banyaknya orang dalam membantu klien dan yang paling banyak aktif adalah konselor, konselor berusaha mengarahkan, mensugesti, memberi saran, mencari dukungan dari keluarga dan teman klien, menghubungi orang yang lebih ahli untuk referal, menghubungkan klien dengan ahli lain untuk referal, melibatkan orang atau agen lain yang kompeten secara legal untuk membantu klien, dan mengusulkan berbagai perubahan lingkungan untuk kesembuhan klien.
Dilihat dari segi tujuan, konseling traumatik lebih menekankan pada pulihnya kembali klien pada keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan diri dengan keadaan lingkungan yang baru. Secara lebih spesifik, kottman (1995) Menyebutkan, bahwa tujuan konseling traumatik adalah :
1.      Berpikir realistis, bahwa trauma adalah bagian dari kehidupan
2.      Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma
3.      Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma, serta
4.      Belajar ketrampilan baru mengatasi trauma.
Sementara itu ada empat ketrampilan yang harus dimiliki konselor dalam konseling traumatik, yaitu ;
1.      Pandangan yang realistis
2.      Orientasi yang holistik
3.      Fleksibelitas, serta
4.      Keseimbangan antara empati dan ketegasan
Proses konseling traumatik terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik, proses konseling traumatik adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi klien yang mengalami trauma dan memberi makna pula bagi konselor yang membantu mangatasi trauma kliennya tersebut.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian konseling ?
2.      Apa yang dimaksud konseling sebagai profesi bantuan ?
3.      Apa pengertian traumatik ?
4.      Apa pengertian layanan konseling traumatik ?
5.      Tujuan konseling traumatik ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian layanan konseling traumatik.
2.      Untuk mengetahui apa tujuan dari layanan konseling traumatik.
3.      Untuk mengetahui manfaat dari layanan konseling traumatik
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Konseling
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interasksi yang bersifat pribadi antara konselor dan klien agar klien mampu memahami diri dan lingkunganya,mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdsarkan nilai yang diyakininya sehingga klien merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Lebih jauh,Pietrofesa dan kawan kawan (dalam nurihsan A,J ,2007:10) menunjukan sejumlah ciri ciri konseling profesional sebagai berikut :
a.       Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaan itu.
b.      Dalam hubungan yang bersifat profesional itu,klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan,penyelesian masalah,serta tingkah laku atau sikap sikap baru.
c.       Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
ASCA(American School Counselor Assosiation)mengemukakan  bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia,penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien.konselor mempergunakan pengethuan dan keterampilanya untuk membantu klien mengatasi masalah masalahnya.
Adanya perbedaan definisi konseling tersebut,selain ditimbulkan karena perkembangan ilmu pengetahuan konseling itu sendiri.juga disebabkan oleh perbedaan pandangan ahli yang merumuskanya tentang konseling dan aliran atau teori yang dianutnya.berikut ini beberapa karakteristik yang menggambarkan kegiatan utama konseling.
a.       Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu .makna bantuan itu sendiri yaitu sebagai  upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yangdipilihnya sendiri ,mampu menyelesaikan masalah yang di hadapinya dan mampu menghadapi krisis krisis yang dialami dalam kehidupanya.tugas konselor adalah menciptakan kondisi kondisi fasilitas yang di perlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.
b.      Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal.hubungan konseling terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien.hubungan ini juga tidak bersifat kognitif dan dangkal,tetapi melibatkan semua unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran,perasaan,pengalaman,nilai-nilai kebutuhan,harapan dan lain-lain.dalam proses konseling kedua belah pihak hendaknya menunjukan kepribadian yang asli.hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan salam suasana rahasia.
c.       Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan klienya.dilihat dari segi konselor,kualitas hubungan itu bergantung dalam kemampuanya dalam menerapkam teknik teknik konseling dan kualitas pribadinya.

B.     Konseling sebagai profesi bantuan
Konseling adalah profesi bantuan. Profesi bantuan ini terdiri dari kumpulan profesional. Tiap-tiap profesional menyesuaikan dengan kebutuhan khusus pribadi atau masyarakat. Beberapa profesi bantuan di identifikasikan sebagai profesional bantuan seperti psikiater, psikolog, konselor profesioanal, ahli terapi keluarga, dan perkawinan serta pekerja sosial.
Para profesional bantuan adalah profesional-profesional dari berbagai disiplin ilmu yang memasuki jaringan kerja bantuan untuk periode temporer. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang terkemuka seperti psikolog, sikiater, konselor, ulama, pendeta, dokter, perawat, dan guru. Para profesional dan profesional bantuan itu keduanya memberikan andil secara umum yaitu sama-sama mempunyai misi membantu dalam konteks psikoterapeutik, proses embantu ini mempunayi beberapa nama yaitu treatment, analisis, fasilitasi, dan modifikasi.
Proses bantuan ini mempunyai tiga dimensi. Dimensi pertama, kondisi-konsisi yang mendasai bantuan. Dimensi kedua, prakondisi yang mengarahkan seorang pribadi (klien) mencari bantuan dan pribadi yang lain (konselor). Dimensi ketiga adalah hasil dari interaksi diantara dua orang pribadi.
Karakteristik-karakteristik dari pemberi bantuan (konselor dan klien). Karakteristik-karakteristik klien meliputi:
1.                       Ketrampilan-ketrampilan penguasaan
2.                       Kemampuan-kemampuan menyelesaikan maslah
3.                       Konsep diri
4.                       Tempramen
5.                       Pengalaman-pengalaman interpersonal


C.                      Pengertian Traumatik
Trauma berasal dari bahasa Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam kamus konseling (1997: 231) Traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis. Pengalam-pengalam traumatik juga bisa membentuk sikap pribadi seseorang.
Sedangkan menurut kamus psikologi (Hassan, F, 2003: 521) Postraumatik bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis.
Dari uraian diatas maka trauma dapat dimaknai sebagai keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal akibat dari tekanan jiwa ataru cidera jasmani.

D.     Pengertian Layanan Konseling Traumatik
Layanan konseling menurut Prayitno (1999: 105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Pengertian konseling traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga pribadi klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha mengatasinya sejauh mungkin.

E.      Tujuan Konseling Traumatik
Konseling traumatik ini berbeda dengan konseling biasa. Perbedaan ini terletak pada waktu, fokus, aktivitas, dan tujuan. Dilihat dari segi waktu konseling traumatik pada umumnya memerlukan waktu satu hingga dua puluh sesi.
Dilihat dari fokus, konseling traumatik lebih memperhatikan pada satu masalah, yaitu trauma yang terjadi dan dirasakan.
Dilihat dari aktivitas, konseling traumatik lebih banyak melibatkan dalam membantu klien dan  yang lebih banyak aktiv adalah konselor. Konselor berusaha untuk mengarahkan mensugesti, memberi saran, mencari dukungan dari keluarga dan teman klien, menghubungi orang yang lebih ahli untuk referal, melibatkan orang atau agen lain yang kompeten secara legal untuk membantu klien dan mengusulkan berbagai perubahan lingkungan untuk kesembuhan klien.
Dilihat dari tujuan, konseling traumatik lebih menekankan pada pilihnya kembalinya klien pada keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan keadan yang baru. Secara spesifik, Muro dan Kottman (1995) menyebutkan bahwa tujuan konseling traumatik adalah:
a.       Berfikir realistis bahwa trauma adalah bagian dari kehiduan
b.      Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma
c.       Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma
d.      Belajar ketrampilan baru untuk mengatasi trauma.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara garis besar layanan konseling traumatik bertujuan membantu pemulihan kondisi mental psikologis sehingga dapat menjalani proses kehidupan secara normal kembali dan membantu pemulihan kondisi mental secara psikologis klien sehingga terbebas dari gangguan akibat trauma serta terarah kepada sasaran yang telah diidentifikasikan mengalami dampak mental psikologis yang paling memerlukan bantuan melalui pelayanan konseling trauma.

3 komentar: